Powered By Blogger

Selasa, 20 Januari 2015

NOVEL AHLI WARIS TAKKUNJUNG TIBA




AHLI WARIS TAKKUNJUNG TIBA
By.Janto simamora
Sebuah cerita fiktif karya Janto Simamora, yang masih harus banyak belajar, cerita ini hanyalah sebuah sarana untuk mengilustrasikan makna dibalik kebahagiaan sebuah keluarga yang penuh dengan drama misteri. Perlu anda pahami, bahwa orang bijak dan orang cerdas itu adalah orang yang tidak menilai sebuah kandungan cerita novel sebelum ia selesai membacanya.
















KeSatu
Kenangan Terindah Mama
   banyak kisah yang terjadi dalam drama kehidupan keluarga kami, ada kisah senang, sedih bahkan banyak rangkaian tembang kenangan yang sudah dilewati oleh papa dan Mamaku. Salah satunya adalah kisah percintaan Mama dan Papaku yang menjadi misteri bagi kehidupan Mama hingga sekarang. Namun selalu ada alasan bagi mereka terutama Papa untuk menahan perasaan, terutama perasaan Papaku, tetapi pada prinsipnya mama hanya menanti dan menanti namun penantian itu terkadang sudah menjadi kebosanan bagi mamaku. 
Namaku Duei, anak ke dua dari lima bersaudara, kakaku paling besar namanya Chelse, anak kedua saya sendiri, ketiga Elma, keempat Delima dan adiku paling bontot Shilvy. Kami Tinggal dan menetap disebuah kota dipelosok Sumatera. Kisah ini Duei tulis berdasarkan fakta dan kenyataan yang diutarakan oleh Mamaku dan kisah yang saya lihat sendiri, dan aku menganggap kisah ini menjadi kenangan terindah dalam hidupku dan keluargaku sehingga aku berani melontarkannya dalam sebuah goretan yang begitu penting dan memiliki kisah yang dramatis.
Sudah begitu lama papa dan mama berkenalan namun niat papa mengutarakan perasaannya masih jauh dari harapan. Papa pernah bercerita bahwa 50 Tahun yang lalu ketika mama masih gadis, lelaki begitu banyak datang menghampiri mama, bahkan ada yang mengutarakan perasaanya lewat surat maupun diutarakan secara langsung. waktu itu cuaca sudah menunjukkan sore hari akan segera tiba. Saat itu bertepatan di hari sabtu menjelang malam minggu akan segera tiba, tiba-tiba seorang lelaki teman kuliah mamaku datang kerumah kosnya, kedatangannya bermaksud mengajak mama dinner. Pemuda itu sangat cakep, mapan dan baik, bahkan kata mama dia sudah bekerja disalah satu perusahaan terbaik dijakarta, tetapi satu hal yang tidak mama suka darinya adalah dia seorang perokok.
 Mama memang dari dulu sejak SMA tidak suka melihat lelaki perokok, bahkan jika mama melihat seseorang merokok mama selalu menasehatinya siapapun yang mendekat sama mama. Malam itu dia mengajak mama kesebuah restoran terkenal dijakarta yang lumayan megah dan mewah, bahkan selama dijakarta mama belum pernah seperti itu sebelumnya.
Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri mereka menyambut mereka selayaknya seorng tuan dan nyonya, bahkan setelah duduk pelayan itu menyajikan menu makanan khas di restaurant itu. Direstaurant itu menu harganya sangat mahal, palingan murah sekitar Rp.15,000. Pada saat itu uang sangat mahal belum krisis moneter, kejadiannya itu pada terjadi pada tahun 1978.
Ajakan yang dilakukanya adalah masih langkah awal, namun mama berbesar hati menyambut dia seperti tamu dirumahnya maupun dihatinya. Banyak komentar dari teman-teman kuliah bahkan teman kerja mama tentang silelaki itu, namun mamaku menerima semua kritikan dan komentar itu. Ada yang bilang “terima saja cintanya… dia kan orang kaya. Jadi hidupmu juga bakal bahagia bersama dia” bahkan ada kritikan” jangan mau sama dia.. lelaki itu playboy…”. Lama-lama dari kritikan dan komentar itu mama lelah sendiri, dan bingung harus berbuat apa.
Berbagai macam cara yang dia lakukan agar mama mau, tetapi semua usahanya menjadi batu dan membeku. Harapannya hilang karena mama menolak permintaannya, Mamaku dahulunya bisa dikatakan cantik, anggun, memiliki rambut sebahu dan wajah mulus berseri. Namu untuk memilih namanya jodoh untuk pasangan hidup mama tidak pernah memandang dari satu sisi, atau melihat limpahnya harata seornag lelaki, atau tampan.
Mama kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, mengambil jurusan D3 Manajemen Perkantoran, selama dikampus banyak pergumulan dan kisah yang mama hadapi, mulai dari kehidupan dikampus, dikos-kosan bahkan dilingkungan masyarakat. Namun semuanya itu mama lewati dengan hati yang lapang. Ada satu hal yang membuat mama istimewa dihati papa, dimana ketika ada lelaki mendekati mama dan mengutarakan perasaanya, mama selalu curhat sama papa dan meminta saran, bahkan mama juga beranggapan bahwa papa saya sudah dianggapnya sebagai abangnya sendiri, dan mama tidak memiliki perasaan cinta sedikitpun kepada papa.
Tetapi tak ada yang tahu perasaan papa sama mama demikian juga sebaliknya, atau apakah papa juga menganggap mama seperti saudara? Atau tidak. Semuanya itu yang bisa menjawab hanyalah Tuhan. Karena mama belum pernah mendengar ucapan kata-kata terindah papa sama mama. Namun setiap harinya papa dan mama kelihatannya sangat serasi karena hampir setiap harinya papa dan mama selalu bersama kemana perginya, papa selalu menghantar mama kerja, hingga ketempat kuliah. Bahkan banyak sahabat mama mengatakan bahwa mereka berpacaran.
Bulan yang ditunggu-tunggupu tiba yakni bulan menjelang datangnya tahun baru, kebetulan papa dan mama tinggalnya disatu propinsi yakni disumatera utara, namun berbeda kabupaten kota. Saat itu mama memutuskan untuk pulang kampung dari Jakarta, ingin menjenguk keluarga besarnya, mama sebenarnya mengajak papa pulang dia namun menolaknya. Karena papa masih memiliki tugas kuliah yang harus diselesaikan. Papa dahulunya kuliah disalah satu universitas terbaik dijakarta dengan jurusan Tehnik sipil. Saat itu papa sudah semester akhir dan harus menyelesaikan mata kuliah yang tertinggal bahkan sekalian menyelesaikan tugas akhirnya. Karena pada bulan januari papa sudah harus wisuda.
Mama berangkat kekota medan dengan menggandeng tas kecil dan mendorong satu buah koper tempat pakaiannya. Hari-hari sebelumnya mama sudah memesan tiket pesawat jurusan Jakarta-medan. Saat itu harga tiket masih mencapai harga Rp.300,000, kelas ekonomi. Berada dipesawat rasanya senang, tapi lebih senang lagi jika papa ikut bersama dengan mama. Perasaan itu terus tergiang dipikiran mama hingga pesawatnya mendarat di bandara. Selama dipesawat mama melihat pemandangan yang begitu indah, tumpukan embuh dan berbagai macam bentuk awan bahkan percikan sinar matahari menembus kaca pesawat yang ditumpangi mama.
Rasa senang muncul diaura wajah mama, karena 8 jam lagi mama akan bertemu dengan ibundanya tersayang. Dengan segera mama memesan tiket dan langsung menuju kampung halamanya. Dibus rasa lelah disertai dengan rasa senang dialaminya, sesampai berdekatan dengan kampung halamanya perubahan cuaca sudah mulai terasa, rasa dingin sudah mengalir ditubuhnya, berbeda dengan di Jakarta. Dijakarta mama tak pernah merasakan kesejukan angin dan tak pernah merasakan namanya rasa dingin. Dijakarta yang ada hanyalah panas, macet, dan banyak polusi. Sedangkan dikampungnya di sumut banyak hal yang bisa dilihat, mulai dari pepohonan yang hijau, hembusan angin yang lembut, bahkan udara yang begitu bersih dapat dirasakannya lembut masuk berlahan diparu-parunya.
Sebelum tiba dirumah, mobil bus yang ditumpangi mama berhenti sejenak dipegunungan, Seluruh penumpang bergegas ada yang sholat, makan, bahkan ketoilet. Dari pegunungan itu mama melihat pemandangan yang begitu indah, bentuk dan warna gunung, tumpukan embun kecil dan hembusan angin mengempas dan mengayun pucuk daun bergoyang. Dan lama kelamaan dedaunan kering melepaskan diri dari dahannya dan anginpun menerbangkannnya jauh keudara. Sementara tak jauh mata memandang sekeluarga orang utan sedang asyik, sang betina mengendong erat anak mungilnya, bulu-bulunya yang masih halus, dan tangan kecilnya menempel kepunggung induknya.
Sementara para penumpang bus, sudah menikmati hidangan yang ada. Perasaan dingin membuat kulit dan sepuluh jari mama terasa kaku. Mama dengan sigap mengambil sarung tangan dan mengenakannya untuk menghilangkan rasa dingin, dan menikmati makan popmie dan kopi pesnan mama. Kemudian mama melanjutkan perjalannya menuju rumah, perjalanan kerumah masih menempuh waktu 3 jam. Dibus mama tertidur pulas nyenyak, musik melodi instrumental yang diputar dibus itu semakin membuat mata mama terasa ngantuk, dan lambat laun mamapun tertidur hingga bus berhenti di depan rumah.
Sesampai dirumah, dengan senang hati mamapun disambut hangat oleh ibundanya dan kaka dan adik-adiknya, kebahagiaan dikeluarga mama terlihat ketika dia pulang. Mama memiliki waku liburan hanya 1 minggu, dan minggu ke dua harus balik kejakarta karena urusan kuliah dan pekerjaan. Menjelang 5 hari mama dikampungnya, kisahnya selama dijakarta terulang lagi, pemuda kampung teman semasa SMA dulu datang menghampirinya. Mereka semua sangat senang bisa ngobrol bareng mama, cerita dan canda tawa terlihat diraut wajah mereka, disana mereka mengulas kembali kisah mereka cinta monyet yang dulu pernah rasakan, bahkan bercerita tentang guru-guru dan adik kelas mereka sewaktu diospek.
Tak terasa malam sudah menunjukkan 00.30 Wib, Nenekpun menyuruh mereka istirahat, namun mama menyarankan agar mereka tidak pulang, lebih bagus istirahat dirumah saja, dan besok pagi saja pulang karena sudah larut malam. Dengan senang hati mereka menerima tawaran mama. Pagi haripun tiba, sang mentari menunjukkan dirinya dari timur memancarkan cahayanya yang begitu tajam dan indah, mentari itu perlahan berubah posisi lantaran perputaran bumi yang begitu cepat pada porosnya. Tak terasa pukul 9:00 wib, ternyata sudah pagi, mama belum bangun dari tidurnya, maklumlah karena semalaman begadang, sementara teman-temannya sudah pada meloncat dari tidurnya dan menikmati kopi susu yang telah disediakan oleh ibunda mama.
Mamapun dengan wajah yang masih dipenuhi kotoran mata, ditambah rambut yang masih acak-acakan, berjalan perlahan keruang tamu. “ehh.. kamu itu yh udah jam segini masih lom bangun” sahut ibunda mama. “ia bunda semalaman ceritanya gak abis-abi,,, jadi tidurnya ampe larut malam” sahutku. Lalu salah satu teman mama Rony mengajak mama ama kawan-kawan pergi kebukit untuk camp.
Teman-teman mama meresponi pendapat Rony, tak panjang cerita mereka langsung bergegas memmpersiapkan barang-barang yang harus dibawa. Adapun rencana mama kebukit yaitu kepegunungan sembahe disumatera utara, disana pemenadangan begitu indah kata Rony. Mama sebelumnya tak pernah naik gunung, namun kali ini mama diajak oleh teman lamanya semasa SMA. Sore itu tepat pada pukul 15:00 Wib mereka berangkat dengan mengendarai sepeda motor.
Saat itu mama berangkat sekitar 6 sepeda motor, ada yang speda motor gede bahkan ada yang sepeda motor bebek, vespa, mio bahkan sangat bervariasi, maklumlah teman-teman mama semuanya pada suka otomotif. Diperjalanan mengarungi bentuk jalanan yang licin dan dipenuhi oleh kendaraan lalu-lalang membuat suasana semakin seru. Waktu itu mama berboncengan dengan Rony, Rony sudah terbiasa dengan jalan yang menantang, dan menjalani terjalnya jalanan.
Sesampai dilokasi dengan menempuh jarak 3 jam, maka teman mama menyarankan untuk beristirahat sebentar, sementara kawan yang lain berkemas memasang tenda, karena saat itu hujan rntik-rintik sudah datang. Sementara teman-teman mama sibuk, mama hanya mengambil foto-foto dipegunungan itu, semua hal mama foto mulai dari embun, pegunungan, air terjun, rumah, orang hutan pokoknya yang kelihatannya menarik mama foto.
Tak terasa camppun selesai didirikan, tinggal mencari kayu bakar untuk digunakan api unggun. Tidak begitu lama, rupanya banyak juga yang suka naik kepuncak ini, dari berbagai daerah, mamapun heran dengan keadaan itu. Digunung mama banyak berkenalan dengan teman yang lain, canda tawa dan perasaan senang terdapat diwajah mereka. Disana mama begitu senang banyak hal yang mereka lakukan disana mulai dari bakar-bakar ikan, main games, nyanyi, bahkan tidak lupa foto bareng dan di upload ke facebook, pokoknya keren abiss dahhh…
Saat itu orang-orang disana tak memikirkan namanya waktu, yang penting mereka senang, namun satu hal yang membuat saya kaget adalah, teman lama saya Rony, rupanya semasa SMA dulu sudah memendam perasaanya sama mama, saat itu mama sangat kaget betul dan seumur hidup mama belum pernah ada lelaki seromantis Rony. Ditengah-tengah teman-temanya dan disaksikan orang yang tidak saya kenal bahkan disaksikan oleh nyalanya api unggun, Rony teman SMA saya mengutarakan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar